“Indahnya bermimpi”
Disini aku menunggu
Setia menantimu, hingga akhir hidupku
Kuberharap kau menjadi milikku
Walau hanya dalam mimpi
Namun, bagiku berarti
Indahnya, berkhayal dan bermimpi
Ilusi dan imaji menembus batas dua dimensi
Saat ku tiba disana
Aku bagaikan seorang raja
Aku disanjung dan dipuja
Ku tenggelam dalam sebuah istana
Dan berharap tak kembali
Jangan Takut Bermimpi
Tokoh Arai mengungkapkan dengan lugas “Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu”. Jangan takut bermimpi, begitulah pesan dari novel kedua Andrea Hirata, “Sang Pemimpi” yang menginspirasi semua orang betapa sebuah impian dimasa kecil kemungkinan akan terwujud dikemudian hari dengan terus belajar dan belajar.
Selain kekuatan temanya, Andrea masih memakai setting cerita kerakyatan khas daerah Melayu Belitong yang dibungkus cerita kemiskinanan tapi penuh semangat hidup yang membuat kita malu, kenakalan khas dan tragedi yang diparodikan sehingga ada untaian makna hidup. Bagaimana seorang Arai mengubah nasibnya dan bukan takdirnya, itu adalah satu poin penting yang bisa diambil oleh kita semua.
Ada yang salahkah dengan orang miskin ? “tentu saja tidak”, bermimpi adalah hak siapa saja. Tak kenal akan jabatan dunia ataupun status sosial. Namun bagaimana sikap orang tersebut saat dia bermimpi. Ada yang bermimpi yang sekedar berimajinas dan berilusi, ada juga yang hanya berharap akan mimpi, Namun bermimpi yang sesungguhnya adalah berimajinasi dalam ilusi, berani dan tak takut mati, serta ada suatu “proses” didalamnya. Proses yang dimaksud adalah sebuah usaha dan kerja keras yang dilakukan tanpa melupakan doa, dan tidak lupa dengan niat. Niat disini adalah niat yang sungguh-sungguh dan penuh keyakinan, banyak orang yang sudah salah megartikan niat tersebut.
“Bermimpilah selagi kau tertidur, jangan lupa senandungkan nada-nada indah-Nya, maka niscaya di saat kau terbangun, mimpi-mimpi indah itu telah menghampirimu”.
0 komentar:
Post a Comment